Alas Purwo adalah salah satu tempat yang ada pintu masuk ke dimensi gaib. Nama sebenarnya adalah Purwa Kala, hanya sampai sekarang masyarakat menyebutnya Alas Purwo saja. Jaman dahulu pintu gerbang dimensi gaib tersebut pernah dibuka, dikarenakan pada waktu itu tanah Jawa masih gung lewang lewung, banyak sekali manusia datang ke Alas Purwo menemui ajalnya, istilahnya jalmo moro jalmo mati. Mengapa bisa begitu? karena pada waktu itu pintu dimensi gaib terbuka yang menyebabkan para mahluk gaib menebarkjan aura hitam yang membuat manusia lupa diri.
Gapura pintu gerbang masuk Alas Purwo | Ada sebuah cerita kuno yang menyebutkan Ajisaka di masa lalu masuk ke tanah Jawa, dan menahlukkan banyak gaib di salah satu daerah di pulau Jawa tersebut. Berikut ceritera tentang Ajisaka.Ajisaka adalah salah satu tokoh penting atau cikal bakal Raja di tanah Jawa. Siapakah Ajisaka itu? Ajisaka adalah dulunya seorang Raja yang bermukim di daerah Jawa Tengah.Pada saat itu ada sebuah ceritera kuno yang menyebutkan ada daerah yang disebut Shang Werdita Sangkala. Ajisaka mendapatkan wahyu Suryaloka atau wahyu untuk membentuk suatu Negara atau pemerintah dan anak keturunannya akan menjadi Raja sebagai penerusnya. Wahyu Suryaloka diberikan karena saat Ajisaka Negara atau Pemerintah yang dipimpin akan mengalami bencana yang dapat meruntuhkan pemerintah tersebut. Kemudian Ajisaka bertapa dan mendapatkan petunjuk agar masuk ke dalam Alas Purwo. |
Singkat ceritera Ajisaka mengirim tim ke Alas Purwo sebanyak tiga kali, tetapi semua tim tersebut mati, sampai akhirnya Ajisaka berangkat sendiri memimpin pasukan pemerintah masuk ke Alas Purwo. Sesampainya di Alas Purwo tepatnya di bibir pantai, semua tim Ajisaka menghilang, tinggal Ajisaka sendiri yang masih hidup. Kemudian Ajisaka masuk ke dalam Alas Purwo dan bertemu dengan Suryadharma atau lebih dikenal dengan Bathara Wisnu yang lagi menjelma manusia. Oleh Bathara Wisnu Ajisaka disarankan untuk tidak masuk ke Alas Purwo, disarankan sebelum masuk Alas Purwo disuruh masuk ke Alas Ketonggo (ada hubungan apa antara Alas Purwo dan Alas Ketonggo?) Tapi karena Ajisaka sudah terkena pengaruh oleh aura hitam yang keluar dari pintu dimensi gaib tersebut , maka Ajisaka tidak mau menuruti saran dari Bathara Wisnu dan tetap masuk ke Alas Purwo. Baru sampai pintu gerbang Alas Purwo Ajisaka langsung menghilang, dan langsung masuk ke dimensi alam ghaib sebagai salah satu penunggu Alas Purwo.
Mengapa Ajisaka bisa hilang di Alas Purwo padahal mendapatkan wahyu Suryaloka?
Di masa itu Negara yang dipimpin oleh Ajisaka sudah tidak percaya akan adanya Tuhan. Karena pada masa itu emas dan permata berlimpah yang membuat orang lupa diri. Ajisaka mendapatkan Kitab kuno Jongko Sung Wirsoloyo. Kitab kuno Jongko Sung Wirsoloyo adalah kitab yang menceritakan negara Shang Werdita Sangkala dari awal sampai akhir. Dan masa akhir jaman itu dipimpin oleh Ajisaka. Oleh karenanya Ajisaka bertapa dan mendapatkan wahyu Suryaloka, hanya saja dalam isi wahyu Suryaloka tersebut Ajisaka juga menjadi korban.
Beberapa kejadian yang menyebabkan Ajisaka hilang di Alas Purwo:
- Pada waktu akan masuk Alas Purwo tidak mengindahkan anjuran dari Bathara Wisnu.
- Ajisaka tidak bersih secara jiwa raga karena gaya hidup pada masa itu bergelimang harta benda, yang menyebabkan gaya hidup yang borjuis.
- Tingkat keimanan terhadap Tuhan kurang, karena berlimpahnya kebutuhan duniawi.
- Membuat perjanjian dengan mahluk ghaib di Alas Purwo.
Itulah ceritera singkat mengenahi Ajisaka, dan kita kembali ke ceritera Alas Purwo.
Mengapa Alas Purwo disebut sangat angker? Setiap manusia datang pasti menemui ajalnya. Alas Purwo sebelum adanya kerajaan Ajisaka sudah ada, dan wilayah Alas Purwo dipimpin oleh Kala.
Siapakah Kala itu?
Kala adalah salah satu penguwasa mahluk gaib yang memiliki tugas sebagai penyebar sengkala. Kala memiliki Kerajaan yang bernama Purwakala, dan kala adalah salah satu petugas alam, jadi siapapun orang atau bahkan dewapun tidak akan bisa tembus masuk ke Purwakala. Mengapa bisa begitu? karena di pemerintah Purwakala ada dua senjata suci sebagai segel pemerintah tersebut. Adapun senjata pusaka tersebut adalah:
- Senjata Tombak suci Shang Talaka
Berbentuk segitiga runcing dengan lingkaran kecil dibawah mata tombak dan terbungkus sinar putih yang sangat kemilau. Tombak suci Shang Talaka ini milik Eyang Suci Shang Hyang Sejati. Fungsi, asli dan yang pernah memakai tombak ini tidak RPS tulis.
- Senjata suci Shang Sung Suci
Yang berbentuk bulan sabit sebesar diameter semeter dan terbang melingkar lingkar. Senjata suci tersebut dibungkus sinar putih yang sangat kemilau dan menebarkan bau yang harum wangi tapi manis disekelilingnya. Selain itu senjata suci tersebut juga mengeluarkan sinar putih berbentuk tali yang keluar disamping bentuk bulan sabit dan menyambar nyambar. Milik, fungsi dan asal senjata suci tersebut RPS tidak tulis.
- Senjata berbentuk Keris yang bernama Keris Raja Negara
Yang berbentuk seperti keris Bali. Keris Raja Negara adalah salah satu keris milik jaman Dinasti Syailendra. Pada waktu itu Wangsa Syailendra mendapatkan wahyu Tamanegara. Hampir Semua Raja Raja di Nusantara pernah memakainya dan terakhir dipakai dan dibawa oleh Brawijaya V. Fungsi pusaka keris Raja Negara adalah bisa menjadi seorang Raja sesuai dengan kodrat dan ginaris Sang Pencipta.
Jadi Alas Purwo atau yang disebut Purwakala adalah satu pemerintah Suci di Tanah Jawa. Kalau ada manusia yang tidak suci masuk pemerintah tersebut, dipastikan tidak akan bisa masuk ke Alas Purwo atau Purwakala.
Ceritera tentang Alas Purwo dan Brawijaya V
Brawijaya V adalah salah satu Raja terakhir dari kerajaan Majapahit yang mendapatkan wahyu pemerintah. Kejadian Brawijaya V di Alas Purwo adalah sebelum kerajaan Majapahit muksa, dan dalam perjalanannya sebelum Brawijaya V dikejar kejar oleh Raden Patah untuk memeluk agama Islam.
Singkat ceritera Brawijaya V dan dua abdi dalemnya yaitu Sabdo Palon dan Naya Genggong pergi ke Kediri tempat muksanya Eyang Suci Sri Aji Joyoboyo, di dusun Pamenang. Brawijaya V sudah tahu bahwa kejadian yang akan dialaminya tentang kisah ceritera dia akan dikejar kejar anak turunnya bahkan akan dibunuh oleh anak turunnya karena adanya perbedaan keyakinan. Oleh sebab itu Brawijaya V pergi ke Kediri mohon petunjuk yang Maha Kuasa. Ditempat tersebut Barwijaya V mendapatkan wahyu Cokro Kusumo atau wahyu tentang tata negara dengan sistem kasta, dan petunjuknya Brawijaya V disuruh pergi ke daerah yang masih punya keyakinan murni, maka dipilihlah Pulau Bali. Dalam perjalanan menuju Pulau Bali, Brawijaya V singgah di daerah Mojokerto tempat muksanya Tribuana Tunggal Dewi, kemudian Gunung Kelud tempat Raden Wijaya menerima wahyu Suryanaka dan melanjutkan ke Alas Purwa Banyuwangi sebelum ke Pulau Bali.
Ada ceritera tentang Brawijaya V dan dua abdi dalemnya saat berada di Banyuwangi tepatnya sekarang dikenal sebagai Taman Suruh. Saat berada di tempat tersebut Brawijaya V bertemu dengan Kalijaga.
Mengapa Kalijaga bisa sampai di Banyuwangi?
Kalijaga bisa sampai di Banyuwangi karena ingin ke Alas Purwo untuk mengambil kedua pusaka suci dan keris Raja Negara. Kalijaga bisa tahu soal Alas Purwo karena peristiwa pembunuhan Syekh Siti Jenar. Kalijaga juga merampas tempat tinggal SSJ dan menemukan Kitab Hanacaraka. Kitab kuno Hanacaraka adalah salah satu kitab Pemerintah Ajisaka. Di dalam Kitab tersebut juga diceriterakan tentang Alas Purwo dan senjata suci tersebut. Sedangkan soal keris Raja Negara yang dibawa oleh Brawijaya V, kalijaga dapat info dari Raden Patah dan untuk merampas keris tersebut dari Brawijaya V.
Berikut dialog antara Brawijaya V dengan Kalijaga:
- Kalijaga bertanya kepaga Brawijaya V: Hai Brawijaya, sangat beruntung aku hari ini bertemu dengan dirimu!
- Brawijaya V hanya mengangguk dan tersenyum.
- Kemudian Kalijaga berkata: Hai kamu, aku disini dan bertemu denganmu, aku akan meminta keris Raja Negara yang kamu bawa.
- Brawijaya V tersenyum dan berkata: Untuk apa kamu meminta keris terrsebut?
- Kalijaga menjawab: Kamu tidak usah bertanya, harusnya tahu, siapa aku ini. Aku ini Kalijaga!
- Brawijaya V mengangguk dan terdiam.
- Kalijaga bertanya: Aku tahu kamu yang membawa keris tersebut, selama ini aku mencari, akhirnya bertemu denganmu disini. Serahkan keris itu!
- Brawijaya V menjawab: Kalijaga, kamu tidak memiliki hak atas keris ini, aku bisa memberikan, asal dapat ijin dari yang Maha kuasa.
- Kalijaga tertawa terbahak bahak sambil berkata: Hai Brawijaya, bukalah matamu, kamu berbicara yang siapa? aku ini adalah wali, kamu tahu tidak!
- Brawijaya V tersenyum dan menjawab: Aku tahu kamu Kalijaga, katanya seorang wali.
- Kalijaga menjawab: Kamu sudah tahu, mana keris itu! hardik Kalijaga.
- Brawijaya V hanya tersenyum dan berkata: Kalijaga, aku sudah mengatakan kalau dapat ijin yang Maha kuasa akan kuberikan keris ini.
- Kalijaga bertanya: Brawijaya, apa kamu sudah dibutakan? Kalau yang namanya wali pasti utusan dari Sang Pencipta.
- Brawijaya V menjawab: Kalijaga, kalau itu keyakinanmu, aku tidak meyakini seperti itu
- Kalijaga bertanya: Brawijaya apa yang kau yakini?
- Brawijaya V menjawab: Aku hanya meyakini Sang Pencipta.
- Kalijaga bertanya: Apa arti Sang Pencipta?
- Brawijaya V menjawab: Sang Pencipta adalah Sang Maha Suci, kamu akan mengetahui Sang Pencipta jika kamu suci lahir batin.
- Kalijaga tertawa terbahak bahak: Apa suci lahir batin?
- Brawijaya V menjawab: Suci sesuai kodrat Sang Pencipta yaitu ada tiga dasar, lahir secara suci, hidup suci, dan mati suci, yang disebut Tri Salaka atau Tri Suci, dan jika kamu suci akan mengetahui arti yang sebenarnya dari Sang Pencipta.
- Kalijaga tertawa dengan sangat kerasnya dan mengatakan: Hai tua bangka! oceanmu aku tidak mengerti, apa yang kamu maksud! hardik Kalijaga.
- Brawijaya V menjawab: Aku sudah mengatakan kepadamu, kalau kamu tidak mengerti, berarti kamu tidak suci, aku sudah bilang, hanya yang suci yang dapat memahami perkataanku, karena kamu hanya menebarkan kebohongan belaka.
- Kalijaga terdiam dan berkata sangat keras: Brawijaya, apa kesaktianmu?
- Brawijaya V menjawab: Kalijaga, aku tidaklah sakti seperti dirimu. Aku hanyalah manusia belaka yang besoknya akan mati juga.
- Kalijaga menjawab: Brawijaya kamu hanyalah cecunguk yang tidak punya malu, serahkan keris itu! bentak Kalijaga.
- Brawijaya V menjawab: Aku sudah bilang, kalau Sang Pencipta mengijinkan, akan kuberikan.
- Kalijaga mengambil tongkatnya dan dilemparkan di depan Brawijaya V dan berubah menjadi ular.
- Brawijaya V hanya tersenyum dan menjawab: Kalijaga janganlah kamu takabur, bersujud dan minta ampunlah kepada Sang Pencipta
- Kalijaga mengambil tongkat yang berubah menjadi ular dan diacungkan di depan muka Brawijaya V sambil berkata: Brawijaya, serahkan keris tersebut!
- Brawijaya V mengatakan: Kalau memang Sang Pencipta mengijinkan, pasti akan kuberikan.
- Kalijaga berkata sambil mengambil batu dan dilemparkan di depan Brawijaya V, batu tersebut berubah menjadi emas.
- Brawijaya, berapa upeti yang harus kuberikan untuk keris itu, ini ambil!
- Brawijaya V menjawab: Kalijaga, kalau Sang Pencipta mengijinkan, akan kuberikan.
- Kalijaga marah dan berteriak: Brawijaya kamu hanyalah orang bodoh! Raja yang tidak tahu diri! yang namanya Raja pastinya orang sakti, pergi sana, bagiku kamu hanya orang tua bodoh!
- Brawijaya V menjawab: Aku datang dan pergi bukan karenamu, Kalijaga, bertobatlah dan meminta ampun kepada Sang Pencipta.
- Kalijaga menjawab: Aku tidak sudi menurutimu!
- Kalijaga membentak Brawijaya: Dimana keris itu!
- Brawijaya V menjawab: Kalijaga, coba kamu cabut pohon suruh (sirih) itu, kalau kamu bisa mencabut pohon tersebut, akan kuberikan keris ini.
- Kalijaga tertawa terbahak bahak: Dasar orang tua bodoh, lihat dan bukalah matamu, aku cabut pohon ini!
- Kalijaga menghampiri pohon suruh yang ada didekatnya, dengan sekuat tenaga Kalijaga mencabut pohon tersebut, tetap tidak bisa.
- Kalijaga berkata: Hai orang tua busuk, ilmu sihir apa yang kau gunakan?
- Brawijaya V hanya tersenyum dan berkata: Aku tidak bisa sihir, aku hanya manusia biasa, Kalijaga yang sangat terkenal masa gak bisa mencabutnya.
- Kalijaga melotot sambil berteriak: Dasar orang tua busuk! lihat aku cabut pohon ini!
- Kalijaga mencoba sampai tiga kali, tetap hasilnya sama dan akhirnya menyerah dan berkata:
Hai orang tua, coba kamu cabut pohon ini!
- Brawijaya V berjalan tenang dan menghampiri pohon suruh tersebut dan dicabut tanpa mengeluarkan energi sama sekali, setelah mencabut pohon suruh tersebut, di bekas akar pohon suruh mengeluarkan air yang bening dan berbau wangi. (cikal bakal sebutan kota Banyuwangi).
- Setelah mencabut pohon suruh itu Brawijaya V berlalu meninggalkan Kalijaga yang bengong adanya.
- Brawijaya V juga berkata: Kalijaga cepat atau lambat kamu akan menerima akibat dari perbuatanmu, bertobatlah sekarang sebelum terlanjur.
- Setelah sadar Kalijaga mengejar Brawijaya V, tetapi semakin kuat Kalijaga mengejar, semakin jauh jarak antara Kalijaga dan Brawijaya V sampai akhirnya Kalijaga menyerah dan melanjutkan ke Alas Purwo. Sedangkan Brawijaya V melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali.Di Pulau Bali Brawijaya V mendirikan lima pemerintah Yaitu:
- Sanur Shang Uang Pujarista Gatalasa
- Bedulu Sharakati Swasarata Mahagani
- Besakih Dharma Saka Cakanaya
- Kenta GASA Shang Sayekti Prameswari
- Gunung Agung Hyang Syawaraswati Syailenrdratama
Setelah mendirikan kerajaan tersebut Brawijaya V pulang kembali ke tanah Jawa dan bermukim di Gunung Lawu sampai terjadi peristiwa Lawu (baca Shekh Siti Jenar).
Kita kembali mengikuti Kalijaga yang melanjutkan perjalanan ke alas Purwo. Di Alas Purwo kalijaga bertemu dengan dua abdi dalem Brawijaya V, yaitu Sabdo Palon dan Naya Genggong, dan terjadi dialog.
Berikut dialog antara Kalijaga dan Sabdo Palon Naya Genggong:
- Kalijaga berkata: Hai kamu pembantu hina kesini, dan menyembah aku!
- Sabdo Palon berkata: Sungguh sombong kamu Kalijaga, hati hati kalau bicara.
- Kalijaga mengatakan: Terserah aku, ini mulut mulutku dan kamu berdua hanya pembantu, jadi sudah seharusnya kamu menyembah aku yang datang ini.
- Naya Genggong berkata: Kalijaga, harusnya kamu bisa menjaga martabatmu, malu aku melihat tingkahmu.
- Kalijaga mengatakan: Kamu berdua adalah pembantu, aku sudah ketemu majikanmu, sekarang dimana keris itu.
- Sabdo Palon menjawab: Kalau memang dapat ijin dari Sang Pencipta, pasti Sri Baginda sudah memberikannya kepadamu.
- Kalijaga menjawab: Dasar orang suruhan, aku sudah bilang majikanmu yang menyuruhku kemari.
- Naya Genggong menjawab: Sungguh memalukan kau Kalijaga, sudah berdosa pandai berbohong pula.
- Kalijaga mengatakan: Dasar otak dungu, majikan dan pembantu sama sama bodoh!
- Naya Genggong berkata: Kalijaga sebaiknya kamu mohon ampun kepada Sang Pencipta dan jangan kau lanjutkan lagi perjalananmu masuk ke Alas Purwo.
- Kalijaga menjawab: Huh, apa hak kamu melarangku? toh kamu berdua hanya seorang Sudra
- Kalijaga juga berkata: Sekarang mana keris tersebut, aku tidak pantas bicara denganmu berdua, kedudukanku lebih tinggi dari kamu berdua.
- Naya Genggong menjawab: Kalijaga janganlah kamu takabur, semua hanya titipan belaka, harusnya kamu sadar akan hal itu.
- Kalijaga tertawa sangat keras dan berteriak lantang: Kamu berdua tidak sebanding denganku, pergi sana, aku tidak sudi bicara denganmu lagi
- Sabdo Palon berkata: Kalijaga dengarkan apa yang kuucap, setelah masa 500 tahun lagi, maka negara ini akan kembali ke kepercayaan murni dan apa yang kamu yakini adalah kebohongan belaka dan akan hancur.
- Sebelum kalijaga menjawab, Sabdo Palon dan Naya Genggong menghilang di hadapan Kalijaga.
- Maka Kalijaga melanjutkan masuk ke Alas Purwo. Kalijaga masuk ke Alas Purwo berputar dan kembali ke tempat semula, Kalijaga mengulangnya kembali, tetapi tetap kembali ke tempat semula, biarpun berputar ke segala arah, tetap kembali di tempat semula.
- Kemudian Kalijaga berrteriak: Hai kamu semua cecunguk yang ada di Alas Purwo ini, kamu semua tidak pantas berhadapan denganku.
- Kemudian Kalijaga mengeluarkan semua kesaktiannya tetapi tidak berdampak apapun terhadap Alas Purwo. Secara tiba tiba sebuah cahaya hitam datang dan mengikat tubuh Kalijaga dan membawanya masuk kedalam Alas Purwo. Sinar hitam tersebut mengikat tubuh Kalijaga di sebuah pohon.Hingga menjelang ajalnya, Kalijaga tetap terbelenggu sinar hitam di sebuah pohon di Alas Purwo dengan posisi duduk bersandar di pohon Loh.
Perjalanan RPS ke Alas Purwo, Mojokerto dan Kediri
Pada waktu itu PRS dan rombongan sampai di Alas Purwo sekitar pukul 03.00 dini hari. RPS dan rombongan masuk ke Alas Purwo diantar oleh Ajisaka, berikut gambaran visual tentang Ajisaka:
- Postur tubuh tinggi kira kira 180 cm
- Kulit putih bersih, hidung mancung, dan alis tebal teratur.
- Memakai pakaian kebesaran mahkota susun 7 dengan gambar relief dewa di setiap tingkat.
- Pakaian Ajisaka berlapis emas dengan model rompi depan dari emas, dan ada lambang pemerintah seperti matahari yang melambangkan Tuhan.
- Baju yang dipakai berwarna putih dengan model seperti pendeta, celana warna putih seperti celana pendeta atau biksu.
- Tangan kiri dan kanan terdapat gelang dari bebatuan permata dengan kalung tali dari binatang dan disambung emas berbentuk spiral dengan lambang seperti matahari.
- Suara tenang dan jelas.
- Mata menatap tajam.
Setelah masuk ke Alas Purwo RPS disambut oleh Bathara Kala, visual tentang Bathara Kala adalah sebagai berikut:
- Tubuh tinggi kurang lebih 2 meter lebih.
- Badan tegak berotot.
- Suara sangat berat dan menggema.
- Memiliki gigi taring di atas.
- Bermata besar dan merah
- Memakai baju kebesaran dari kulit binatang dengan hiasan permata dan berlian.
- Memakai mahkota terrbuat dari emas dengan motif matahari bersusun delapan.
Setelah itu RPS berjalan masuk kurang lebih 1.000 meter dimulailah ritual suci, kedua senjata suci bergerak mendekat di tempat RPS berada, bumi terasa bergerak. Kalau dilihat dengan mata batin akan terdengar suara seperti angin puting beliung, pada saat kedua senjata itu mendekat, terpancarlah sinar putih yang sangat kemilau dan sangat terang dari kedua senjata suci tersebut. Dari sinarnya saja menandai sebuah kekuatan maha dahsyat yang ada pada kedua senjata suci tersebut. Pada saat kedua senjata suci itu mendekat, semua mahluk gaib seluruh Alas Purwo duduk bersila teratur.
Maka dimulailah ritual suci tersebut, terlihat tubuh RPS diselimuti cahaya putih kemilau, kemudian dari atas langit terbelah dan turunlah sinar putih tepat mengenai kedua senjata tersebut. Dan lagi lagi bumi terasa bergetar, kemudian kedua senjata tersebut masuk ke tangan kanan dan kiri RPS. Setelah itu langit tertutup dan sinar terang berangsur angsur menghilang. Tubuh RPS kembali bersinar terang kemilau dan selesailah upacara suci tersebut. Setelah selesai perubahan yang kasat mata terjadi adalah Alas Purwo menjadi terang, kabut hitam yang menyelimuti seluruh Alas Purwo telah lenyap. Kabut hitam inilah yang menyebabkan bayak orang yang tersesat pada waktu masuk Alas Purwo.
Pohon Loh tempat terikatnya jasad Kalijaga | Pada saat perjalanan pulang RPS mampir di sebuah pohon Loh, tempat jasad Kalijaga mati menemui ajalnya. Pohon Loh tersebut kalau dilihat dengan mata batin akan terlihat sebagai berikut:
- Kalijaga mengenakan pakaian hitam hitam dengan memakai ikat kepala hitam dan membawa tongkat yang terbuat dari kayu Cendana wangi dan kayu jati donoloyo.
Di tongkat tersebut diblokir dengan emas murni diantara kayu cendana dan kayu jati. Diatas tongkat ada batu mulia berwarna merah menyala.
- Tangan Kalijaga sebelah kanan mendekap sebuah kitab Hanacaraka. Kitab tersebut terbuat dari kulit binatang dengan lambang seperti matahari ditulis dengan huruf Sansekerta kuno.
- Kalijaga terikat di pohon Loh, dan ada sinar hitam berbentuk tali mengikat tubuh Kalijaga dari bahu sampai pinggang.
- Wajah kalijaga terlihat kotak dengan mata yang tidak terlalu besar, hidung biasa tidak terlalu mancung, kulit putih bersih ada jenggot disepanjang dagunya dan tidak terlalu panjang. Kumis tipis tersusun rapi, tinggi badan kurang lebih 165 cm.
|
Di tempat tersebut RPS mengambil Kitab Hanacaraka, kemudian melanjutkan perjalanan menuju daerah Mojokerto beserta seluruh gaib yang ada di Alas Purwo kecuali Kalijaga. Di daerah sekitar Mojokerto RPS mampir di bekas tempat muksanya Tribuana Tunggal Dewi.
Disana RPS disambut langsung oleh Tribuana Tunggal Dewi, jika dilihat dengan mata batin berikut gambarannya:
- Tri Buana Tunggal Dewi berpostur langsing tinggi kurang lebih 170 cm.
- Memakai baju kebaya kuno berwarna kuning emas dengan rambut diikat gulung rapi memakai tusuk konde 3 buah dan terbuat dari emas.
- Di belakang Tri Buana Tunggal Dewi ada tim putri dan para abdi dalemnya, prajuritnya berjumlah 300 orang.
- Berwajah ayu, hidung mancung, mata agak besar, kulit kuning langsat dan bersih.
- Bertutur kata santun bersuara kecil tapi jelas.
- Membawa kitab Surya Majapahit terbuat dari kulit binatang dengan lambang Majapahit, disebelah kanan dan kiri di belakangnya berjejer para abdi dalem yang masing masing membawa:
- Tongkat komando tumpuk pimpinan Majapahit terbuat dari emas atasnya berbentuk lambang Majapahit bertahtakan permata dan berlian warna warni.
- Sepasang pusaka Majapahit berbentuk pedang sepasang dengan rincian batu berharga, dengan tempat pedang terbuat dari emas dengan panjang kira kira 50 cm.
- Mustika berbentuk batu bundar warna putih susu dan keluar sinar putih dari batu tersebut.
- Baju perang Majapahit atau baju jirah terbuat dari emas dan hiasan batu mulia.
- Mahkota bersusun 7 di relief ke satu ada gambar lambang Majapahit, ada juga tulisan kuno Sansekerta dan lambang dewa terbuat dari emas dengan rincian batu mulia.
Semuanya diserahkan kepada RPS karena memang sudah saatnya kembali kepada Sang Pencipta. Setelah selesai RPS dan rombongan menuju Kediri, dan disambut langsung oleh Eyang Suci Joyoboyo, jika dilihat akan terrlihat sinar bundar kemilau dengan mengeluarkan harum wangi tapi manis. Setelah melakukan meditasi atau nunggal Gusti di tempat muksanya di desa Pamenang, RPS menyempurnakan seluruh mahluk ghaib dari Alas Purwo dan seluruh Prajurit Tri Buana Tunggal Dewi yang mengikuti RPS. Prosesinya hampir sama dengan ruwatan, kalau kita lihat dengan mata batin akan terlihat RPS diselimuti sinar bundar dan tidak lama kemudian dari dada kiri RPS keluar sinar putih kemilau tertuju pada seluruh mahluk gaib yang ikut baik dari alas Purwo maupun dari tempat Tri Buana Tunggal Dewi. Setelah terkena sinar kemilau tersebut, semua mahluk gaib berubah bentuk menjadi sinar dan naik ke angkasa atau masuk ke dalam dada kiri RPS. Itulah sedikit ceritera dari pengalaman RPS dan rombongan di Alas Purwo, Petilasan Tri Buana Tunggal Dewi dan Pamenang Kediri.Rahayu, rahayu, rahayu.
|